Nunung warga kampung Buaran menerangkan, aktifitas malam dengan kembali mangkalnya pekerja seks komersial (psk) di wilayah itu, terjadi sejak tiga minggu pasca lebaran. Setelah sebelumya sempat berhenti saat memasuki bulan puasa. “Dari minggu kemarin sudah mulai mangkal lagi, di sini memang biasa tempat mangkal mereka,” katanya Sabtu
TANGERANG-Meski Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah menginstruksikan larangan beroperasinya hiburan malam di bulan Ramadhan, namun aksi prostitusi masih ditemukan. Pada Sabtu 20/8, sekitar pukul WIB, Satpol PP Kota Tangsel menjaring enam PSK yang sedang menjajakan diri di tepi jalan. Ke enam PSK tersebut terjaring dalam razia rutin di beberapa wilayah Kota Tangsel seperti Tegal Rotan, Ciputat, Cimanggis, Gaplek dan Viktor. "Ini rajia rutin untuk membuat efek jera dan bagian dari surat keputusan bersama Walikota dan MUI," kata Komandan Provost Satpol PP Kota Tangsel Badawi. Menurut Badawi, beberapa PSK yang terjaring sudah tiga kali tertangkap dalam operasi rutin. Namun sejauh ini pihaknya masih sebatas melakukan pendataan. "Tugas kami hanya melakukan eksekusi atas surat perintah dan pembinaan saat terjaring. Untuk pengiriman ke panti sosial, itu harus koordinasi lintas kedinasan," terangnya. Siti Maharani, PSK yang telah terjaring tiga kali mengaku pasrah. Ia terpaksa menjajakan diri demi menafkahi putranya yang berusia empat tahun. "Mau nyari duit darimana lagi. Toh saya tidak dibantu sama siapa-siapa. Saya butuh makan dan anak saya juga butuh susu" keluh Mawar yang mengaku berasal dari Jawa Tengah.RAZ
Ի ςиՀу иςጼброպሤψεКиկոшυዤ τямու
Евοпи иպθցօ уврԻ усибрθቇሻգВс аφቿδ ա
ጯռεвудрև лեглոνዡղ гаምεኺኙеф ρеμаመիվιպ йኣтоֆизο ጸ
Уմиц ևмፂШօξ певсቷ ደечሖстеряጪՌեզሢգιдοтв ω

MelaluiSatpol PP Damkar Kab.Tanah Bumbu, penertiban kembali dilakukan dengan merobohkan 2 unit tempat prostitusi di Desa Sumpol Keca BATULICIN-Tibanya bulan Ramadhan Pemerintah Daerah bertekad membersihkan daerahmya lepas dari aktivitas tindakan asusila berupa praktek prostitusi dan sebagainya.

TANGERANGNEWS-Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang menjaring 10 pekerja seks komersial PSK dan 6 waria, Sabtu 10/10 malam. Operasi yang berlangsung hingga dini hari tadi, dilakukan dalam upaya memberantas penyakit masyarakat di Kota Tangerang. Menurut Kepala Bidang Penertiban Satpol PP Kota Tangerang Mulyanto, aparat yang diterjunkan sebanyak 2 pleton yang dibagi dalam dua kelompok merazia daerah-daerah yang biasa digunakan sebagai tempat mangkal para PSK dan waria. Tempat itu di antaranya di Pasar Babakan dan Pintu Air, Kecamatan Tangerang. “Tempat itu sudah menjadi target operasi kita sebelumnya,” katanya. Untuk selanjutnya, kata dia, PSK dan waria tersebut akan dikirim ke Pasar Rebo, Jakarta Timur untuk mendapatkan pembinaan. “Tempat tersebut merupakan salah satu alternatif sebagai pencerahan bagi diri mereka. Karena disana mereka akan diberikan pengarahan ataupun pembinaan melalui pendekatan agama dan keterampilan,” ungkap Mulyanto. Tidak hanya PSK dan waria, petugas juga merazia minuman keras di warung-warung dan kios disejumlah tempat. Dari razia tersebut, petugas berhasil menyita 60 botol miras berbagai merek. “Tidak perlu dipungkiri, bahwa penjual atau pun pembeli dari minuman keras masih banyak, sehingga kami pun meminimalkan peredaran tersebut dengan melakukan razia disejumlah tempat di Kota Tangerang,” imbuh Mulyanto. Dia menjelaskan, operasi tersebut sebagai upaya menggalakkan Perda 7 tahun 2005 tentang pelarangan peredaran dan penjualan minuman beralkohol dan perda 8 tahun 2005 tentang larangan pelacuran. “Dua Perda ini yang paling ditingkatkan razianya. Selain itu perda tersebut merupakan salah satu dari peringatan bagi si pelanggar agar tidak melakukan perbuatan yang berkaitan dengan perda,” tegasnya.rangga Setu– Pamulang – Pondok Aren – Cinangka – Tangsel Tangerang Selatan selain terkenal dengan perkembangan ekonomi yang tergolong pesat, didukung denga Satpol PP dan Dinsos Tangsel Komitmen Sweeping Pusat Mangkal PSK Tiap Bulan - Kompasiana.com Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption id="attachment_318293" align="aligncenter" width="576" caption="Kupu-kupu malam membujuk-rayu seorang pengendara sepeda motor. Disinilah, praktik prostitusi masih berlangsung. Foto diambil pada Minggu dini hari, 26 Januari 2014, di kawasan Tegal Rotan, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan. Foto Gapey Sandy"][/caption] Arloji di pergelangan tangan kanan saya sudah menunjukkan jam 12 malam lebih 3 menit. Meski sudah lewat tengah malam, tapi seperti biasa, tiap-tiap Sabtu malam hingga Minggu dini hari, keramaian masih saja nampak, terutama di parkiran restoran cepat saji McDonald, dan KFC, yang ada di perempatan ini. Lalu lintas, dari lapangan terbang Pondok Cabe menuju Pamulang, juga dari Sawangan menuju Ciputat, pada masing-masing dua arah berlawanan juga masih terbilang ramai. Minggu dini hari, 26 Januari 2014, kendaraan sengaja saya arahkan untuk memantau secara langsung, meskipun hanya sekilas, mengenai sejumlah lokasi yang terkenal sebagai tempat mangkalnya para Pekerja Seks Komersial PSK di wilayah Kota Tangerang Selatan Tangsel. Maklum, keinginan cukup kuat untuk menulis tentang hal ini. Perempatan Gaplek Lokasi awal yang menjadi tujuan saya adalah di sekitar Jalan Raya Ciputat, persis di seberang jalan masuk menuju perumahan Bukit Pamulang Indah V, atau, seberang Gedung Kantor PT PLN Persero, yang lokasinya tak jauh dari perempatan Gaplek di Pondok Cabe, Kecamatan Pamulang. Di lokasi ini, terdapat sebuah tempat karaoke yang sudah sejak lama, selalu menjadi salah satu pusat keramaian alias tempat dunia gemerlap dugem. [caption id="attachment_318294" align="aligncenter" width="576" caption="Kupu-kupu malam membujuk-rayu seorang pengendara sepeda motor. Disinilah, praktik prostitusi masih berlangsung. Foto diambil pada Minggu dini hari, 26 Januari 2014, di kawasan Tegal Rotan, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan. Foto Gapey Sandy"] 13907092421079738994 [/caption] Bangunan dan tempat parkir lokasi karaoke itu, seperti tidak mengenal lampu, gelap nyaris menggulita, kecuali sejumlah lampu kecil-kecil yang sebenarnya untuk penghias dan bukan penerang. Padahal, banyak sepeda motor yang terparkir, nyaris membuat sesak, termasuk beberapa mobil yang ikutan nongkrong. Di pinggir jalan yang remang-remang, dan hanya sesekali menjadi terang karena terkena sorot lampu mobil dan motor yang melintas itu, sejumlah pengendara motor nampak enggan meninggalkan kendaraannya. Entah apa yang ditunggu, tapi memang, sejak lama lokasi di sekitar area karaoke ini terkenal sebagai tempat mangkal dan berkeliarannya para PSK, plus tentu saja, lelaki-lelaki hidung belang’-nya. Tegal Rotan Setelah menyaksikan sekilas suasana di sekitaran perempatan Gaplek, kendaraan saya pacu ke salah satu kawasan lain, yang setali tiga uang, tempat mangkalnya para PSK juga yakni di Tegal Rotan. Sebuah kawasan di Tangsel, yang berada di perbatasan antara Ciputat dengan Bintaro, persis di pinggir jalan tol Jakarta - BSD. Atau, tepatnya berlokasi persis di sekitaran jalan masuk menuju Bintaro X-change, sebuah pusat perbelanjaan raksasa, yang baru-baru ini mulai dioperasikan. Sama seperti di perempatan Gaplek, kegelapan suasana sekitar, nyaris dimanfaatkan untuk melakukan transaksi birahi. Bedanya, di sini, tidak ada lokasi midnight karaoke yang mencolok. Banyak PSK, memang sudah lama mangkal di kawasan Tegal Rotan, dengan cara menunggu calon-calon pelanggannya’ di pinggiran jalan yang temaram dan agak tersembunyi, di mulut-mulut gang, dan di beberapa warung rokok yang memang masih buka. Hanya sorot lampu kendaraan yang melintas saja, sesekali membuat suasana menjadi sebentar benderang. Selebihnya, gelap lagi. Dengan kendaraan yang saya pacu perlahan, terlihat dua perempuan yang sedang coba merayu seorang lelaki yang masih duduk di atas sepeda motornya. Unik juga, kedua perempuan itu, seolah menarik mundur sepeda motor lelaki berjaket hitam tersebut, supaya mengarah ke warung rokok dan kegelapan yang ada di sekitarnya. Akhirnya, sepeda motor terparkir, dan si lelaki tadi terlihat sudah mulai ikutan kongkow di warung rokok, bersama dua PSK yang sudah sukses merayu. [caption id="attachment_318296" align="aligncenter" width="475" caption="Aksi damai kaum ibu dari sebuah majelis taklim di Pondok Kacang Barat, Kecamatan Pondok Aren, dalam menentang keberadaan warung jablay alias warung remang-remang, belum lama ini. Foto 13907094821370392377 [/caption] Tak jauh dari mereka, sebuah sepeda motor lagi terlihat menghampiri seorang perempuan yang samar-samar terlihat mengenakan kaos bergaris-garis merah dan hitam, serta bercelana panjang. Si perempuan berdiri di pinggir jalan, tepat di sisi pintu masuk SPBU Tegal Rotan yang sudah tutup. Tanpa turun dari jok sepeda motornya, keduanya tampak berbincang serius secara berdekatan. Entah apa yang keduanya bicarakan, tapi tak lama kemudian, si lelaki pengendara motor meninggalkan perempuan tadi, yang kemudian memilih untuk duduk di dekat pintu masuk SPBU. Di sebelah SPBU, seorang perempuan muda mengenakan sweater hitam dengan rambut diikat buntut kuda, kelihatan juga berdiri seorang diri, menunggu lelaki calon pelanggan, sama seperti rekannya di pintu masuk SPBU tadi. Setu Karena mengandalkan kamera saku, yang saya pikir dapat dengan mudah disembunyikan, nyatanya hasil jepretan dari dalam kendaraan menjadi kurang optimal. Kembali, kendaraan saya pacu, meninggalkan kawasan Tegal Rotan, menuju ke kawasan Jalan Raya Puspiptek, tepatnya di Kelurahan Setu, Kecamatan Setu, Tangsel. Melintasi jalan yang menghubungkan antara Pamulang dengan Muncul arah Kampus Institut Teknologi Indonesia ini, sebagian besar jalan masih dalam perbaikan, pembetonan. Belum semua selesai, karena pembetonan jalan dilakukan sebagian sisi terlebih dahulu. Minggu dini hari ini, saya temui, aliran listrik padam di sebagian wilayah, membuat selimut gelap semakin tebal. Di Jalan Raya Puspiptek ini, dapat dijumpai satu lokasi karaoke yang terletak di pinggir jalan, dan pintu gerbang besar serta tingginya yang terbuka lebar, memperlihatkan banyaknya sepeda motor yang parkir di situ. Suara musik tidak terlalu keras berdentum, hanya kelap-kelip lampu penghias yang menerangi, selebihnya sama sekali gelap. Cukup aneh, sepeda motor banyak terparkir, tapi suasana di luar lokasi karaoke, cukup terbilang sepi. Tak jauh dari lokasi karaoke, ada warung rokok di pinggir jalan, yang lagi-lagi nyaris tertutupi etalase warungnya, dengan sejumlah perempuan. Mereka asyik merokok, dan nongkrong bareng. Seorang dari mereka, yang memiliki rambut ikal dan panjang, mengenakan kaos bergaris-garis, sedang berbicara dengan seorang lelaki dalam keremangan dini hari. Tak lama, perempuan yang bertubuh sintal dan cukup jangkung ini pun berjalan pergi, meninggalkan lelaki yang tadi berbicang bersamanya. [caption id="attachment_318298" align="aligncenter" width="437" caption="Seorang PSK, saat menawarkan layanan jasa dan tarifnya, dari balik jendela kendaraan, di sekitar perempatan Gaplek, Pamulang, Kota Tangsel. Foto Gapey Sandy"] 13907096461322518726 [/caption] Sebenarnya, menurut informasi yang beredar, masih ada tempat mangkal para PSK lainnya di Kota Tangsel. Misalnya, di kawasan Pondok Kacang Barat, dan Pondok Kacang Timur, Kecamatan Pondok Aren. Di lokasi ini, warga masyarakat pernah sedemikian kesalnya, karena lokasi karaoke yang ada di situ, berdekatan dengan rumah-rumah penduduk, dan seringkali mendentumkan suara musik yang kelewat hingar-bingar sampai dini hari. Belum lagi, para tamu yang berseliweran datang dan pergi, dengan model pakaian serta perilaku yang kurang menunjukkan etika kesopanan. Tapi, karena memacu kendaraan seorang diri di tengah dini hari yang sepi mulai membosankan, saya pun terpaksa’ memilih untuk menuju kembali pulang ke rumah. Kembali memantau di perempatan Gaplek Sebelum sampai ke rumah, saya memutuskan untuk sekali lagi memantau tempat mangkal PSK di perempatan Gaplek, Kecamatan Pamulang. Kenapa? Karena pada pantauan yang pertama tadi, terlihat masih belum nampak para perempuan yang biasa berkeliaran di pinggir-pinggir jalan, maupun yang duduk-duduk sembari asyik ngudut alias merokok di warung-warung rokok. Ternyata, feeling saya benar, semakin jauh jarum jam tergelincir dari jam 1 dini hari, sejumlah kupu-kupu malam’ mulai nampak di pinggir-pinggir jalan. Ada yang mangkal di kegelapan sembari klepas-klepus menghisap rokoknya, sedangkan yang lainnya, sudah mulai ada yang didekati oleh beberapa lelaki pengendara sepeda motor untuk melakukan tawar-menawar komersialisasi nafsu birahi yang tidak suci. Saya memberanikan diri untuk memarkir kendaraan, tak jauh dari sejumlah perempuan yang seolah bersembunyi’ dalam kegelapan. Memantau dari balik setir, dan berusaha untuk memotret aktivitas mereka tanpa membuat mereka tahu sama sekali. Kelihatan, mereka asyik nongkrong di halaman sebuah bangunan rumah kosong tak ditempati yang gelap, dan rerumputan yang meninggi tak terawat. Bila ada ada sepeda motor yang menghampiri, salah seorang diantara perempuan tadi akan menghampiri, dan segera keduanya terlibat perbincangan. Seperti yang sudah kelihatan sebelumnya, para lelaki hidung belang’ yang mengendarai sepeda motor ini, biasanya tetap duduk di atas jok, atau tidak turun dari sepeda motornya, pada saat melakukan semacam tawar-menawar kesepakatan antara harga yang dibayar’ dengan jasa yang diberikan’ oleh PSK yang memang selalu kelihatan aktif ini. Bagaimana tidak aktif? Setiap ada pengendara sepeda motor yang melintas, dan seolah akan mengacuhkan mereka, tapi, dengan gesit para PSK ini akan segera memanggil, bertepuk tangan, dan melambaikan tangan, untuk meminta si pengendara motor segera menepi, untuk kemudian Kompasianer bisa bayangkan sendiri, apa kira-kira yang akan terjadi kemudian. Mungkin, karena saya memarkir kendaraan tak jauh dari mereka mangkal, seorang PSK pun datang menghampiri. Jendela kaca kendaraan sebelah kiri depan, yang saya buka setengah, menjadi jembatan komunikasi saya dengan perempuan ini. Cukup kaget juga menyimak keterus-terangan gaya perempuan ini dalam menawarkan jasa’-nya. Karena intinya, perempuan ini seolah seperti menyampaikan daftar menu layanan’ yang bisa dilakukannya, lengkap dengan tarif harga’ yang diajukannya. “Mau kemana, say? Mau di-xxxxxx sensor oleh penulis, seratus ribu aja. Atau, xxxxxx sensor oleh penulis aja, lima puluh ribu, ya. Mau? Kalau mau, parkir kendaraannya di sebelah situ aja,” kata perempuan itu seraya menunjuk ke sebuah lokasi yang kelihatan lebih gelap dan rada ngumpet atau tersembunyi dari lalu-lalang kendaraan di jalan raya. Saya pun menolak semua tawaran’ PSK itu. Beruntung, perempuan ini sejurus kemudian meninggalkan saya yang memang sudah menyatakan untuk menolak tawaran menu’-nya. Sewaktu berbicara secara singkat dengan PSK ini, saya sambil coba meng-click kamera saku yang saya sembunyikan diantara kedua telapak tangan. Ternyata, cukup sulit memotret obyek seseorang yang memang menjadi fokus, dalam kondisi seperti ini. Sesaat kemudian, saya pun bergegas melajukan kendaraan, kembali pulang ke rumah. Jarum arloji pun sudah menunjukkan hampir jam 2 pagi. [caption id="attachment_318302" align="aligncenter" width="576" caption="Seorang PSK, nampak mangkal di samping pom bensin yang ada di kawasan Tegal Rotan, Kota Tangsel, Minggu dini hari, 26 Januari 2014. Di sekitarnya, sejumlah PSK melakukan hal yang sama. Foto Gapey Sandy"] 1390709853157047390 [/caption] Begitulah sekilas gambaran terkait praktik para PSK, bisnis lher!, warung remang-remang, dan lokasi midnight karaoke, yang berada di wilayah Tangsel, sebuah kota yang baru berusia 5 tahun, dengan Airin Rachmi Diany sebagai Walikota. Airin sendiri sudah beberapa kali mengingatkan aparatnya untuk bekerja optimal memberantas praktik warung remang-remang yang banyak bertaburan kupu-kupu malam’ ini. Sampai-sampai, ia pernah mengultimatum bawahannya, bila kedapatan menjadi pelindung ilegal atau backing terhadap praktik prostitusi dan warung remang-remang, maka akan segera diambil tindakan pemecatan. Tapi apa boleh dikata? Tangsel, sebuah kota yang salah satu slogannya menegaskan kata Relijius, justru tercemar oleh keberadaan warung remang-remang yang terbukti, tak sedikit yang memperjual-belikan minuman keras, serta praktik prostitusi, seperti yang saya saksikan sendiri dini hari tadi. Ironis, sebagian kecil warga ambil untung Mengomentari keberadaan warung remang-remang yang sudah sejak lama meresahkan warga masyarakat Tangsel, Ketua Komisi II DPRD Kota Tangsel, Siti Chadijah dalam kesempatan wawancara dengan penulis mengakui, ada banyak lokasi titik-titik warung remang-remang di Tangsel ini. “Di Kota Tangsel ini, boleh dibilang, ada cukup banyak lokasi yang terdapat warung remang-remang. Seperti misalnya, di Pondok Kacang Barat, Kecamatan Pondok Aren, dan di Buaran, Kecamatan Serpong, serta di sejumlah titik lainnya. Pertanyaannya, apakah Tangsel ini sudah termasuk dalam kategori Kota Darurat Prostitusi? Saya pikir, sekecil apapun kemaksiatan yang terjadi, harusnya menjadi concern bagi kita untuk mengupayakan perbaikan,” tuturnya, pada hari Rabu, 22 Januari 2014 kemarin. Chadijah mensinyalir, banyaknya warung remang-remang di Kota Tangsel ini, karena selain ada warga masyarakat yang dirugikan, ada juga sebagian kecil warga yang justru memperoleh keuntungan secara materi. “Praktek prostitusi ini menjadi subur karena ada warga masyarakat setempat yang justru diuntungkan dengan adanya warung remang-remang tersebut. Misalnya, ada masyarakat setempat yang menyediakan lahan, termasuk menyediakan rumah-rumah kontrakan bagi para Pekerja Seks Komersial PSK. Maklum, para PSK ini kebanyakan adalah kaum pendatang, yang tentu saja membutuhkan rumah kontrakan,” ungkap perempuan yang lahir di Bandung, 16 September 1971 ini. [caption id="attachment_318305" align="aligncenter" width="487" caption="Ada sebagian kecil warga yang diuntungkan dari keberadaan warung remang-remang, kata Ketua Komisi II DPRD Kota Tangerang Selatan, Siti Chadijah Didesak pula, agar Pemkot Tangsel menegakkan Perda Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat. Foto 1390710016972303347 [/caption] Ditambahkannya, para PSK yang bekerja sejak malam sampai dini hari itu, sehari-harinya jelas memerlukan moda transportasi. “Inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh sejumlah warga masyarakat, yang berprofesi sebagai tukang ojek sepeda motor untuk melayani jasa antar-jemput mereka. Artinya, selain ada banyak warga masyarakat yang merasa dirugikan atas keberadaan warung remang-remang, tapi, ada juga sebagian kecil masyarakat yang justru memperoleh keuntungan secara materi,” terang Siti Chadijah yang belum lama ini sempat melakukan aksi damai, menentang lokasi warung remang-remang, bersama dengan majelis taklim kaum ibu di bilangan Pondok Kacang Barat, Kecamatan Pondok Aren. Menurut Siti Chadijah, sebenarnya, pihak yang paling bisa melakukan perbaikan atas keprihatinan terkait praktik prostitusi dan menjamurnya warung remang-remang adalah Pemerintah Kota Tangsel itu sendiri. Tentu saja, dengan dukungan aktif masyarakat. “Untuk melakukan perbaikan ini, sebenarnya Pemkot Tangsel sudah mempunyai alat’ yang memang mutlak dibutuhkan, yaitu berupa Peraturan Daerah Perda Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat. Perda yang biasa disebut Tribum Tramas ini, antara lain mengatur keberadaan praktik prostitusi yang dapat dikategorikan sebagai mengganggu ketertiban umum sekaligus ketenteraman masyarakat,” tegas anggota legislatif dari Fraksi PKS ini. Siti Chadijah memberi contoh pada saat dirinya turun langsung’ menyimak dan membela aspirasi masyarakat, khususnya kaum ibu di Pondok Kacang Barat, Kecamatan Pondok Aren, yang mengeluhkan aktivitas warung remang-remang di lingkungannya. “Contoh kasus adalah yang terjadi di Pondok Kacang Barat tadi, sewaktu saya turun langsung ke sana, warga masyarakat setempat banyak yang mengeluh, sekaligus merasa terganggu ketertiban dan ketenteramannya. Pertama, suara musik yang berdentum dari warung remang-remang mengganggu ketenangan warga, karena berlangsung sampai larut malam. Kedua, adanya hilir-mudik tamu, yang bolak-balik ke warung remang-remang dengan model pakaian, perilaku, dan sebagainya, yang tidak menunjukkan etika kesopanan. Dan ketiga, ketenteraman masyarakat terguncang, karena sempat ketahuan, ada anak-anak kecil dari pemilik warung remang-remang itu, yang melakukan simulasi hubungan seksual dengan rekan sebayanya, dan jelas ini sangat tidak patut dilakukan oleh seorang anak kecil,” urai warga Kelurahan Jurang Mangu Timur, Kecamatan Pondok Aren ini, dengan nada sedih dan kesal. [caption id="attachment_318321" align="aligncenter" width="529" caption="Walikota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany SH MH. Foto 13907113571853936015 [/caption] Kiranya, sudah teramat mendesak, Airin Rachmi Diany sebagai Ibu Walikota, musti segera blusukan kota, terutama saban Sabtu malam sampai Minggu dini hari. Hal ini, demi menyaksikan sendiri, bagaimana transaksi nafsu birahi, yang tidak suci, di kotanya sendiri. Harapannya, Airin mampu untuk menjalankan amanah warga, diantaranya, dengan melakukan bersih-bersih’ lokasi warung remang-remang, dan praktik prostitusi, di kota yang terus berkembang pesat ini. Gimana, Bu Airin? Lihat Sosbud Selengkapnya Campurkode sendiri ialah penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa, termasuk di dalamnya pemakaian kata, frasa, klausa, idiom, dan sapaan (Kridalaksana, 2008: 40). campur kode adalah suatu peristiwa yang lumrah terjadi pada tempat-tempat yang rutinitas di dalamnya mempertemukan orang TANGERANG– Satuan Polisi Pamong Praja Satpol PP kembali menggelar operasi gabungan menertibkan praktik prostitusi di wilayah Neglasari, Kota Tangerang, Jumat 15/9 malam. “Kita mendapat laporan dan keluhan masyarakat tentang maraknya praktik prostitusi di daerah tersebut. Lalu kita lakukan penyisiran dan memang didapatkan tempat-tempat yang kerap digunakan para PSK,” ujar Kabid Ketertiban dan Ketentraman Satpol PP Kota Tangerang, Ghufron Falfeli. Petugas melakukan operasi dengan menyisir beberapa daerah di wilayah Neglasari. Beberapa titik daerah menjadi sasaran mulai dari terowongan menuju Perimeter Selatan Bandara Soekarno-Hatta hingga wilayah belakang gedung bekas BP2TKI. Alhasil, didapati sebanyak lima orang wanita sebagai Pekerja Seks Komersial PSK. Kelima orang tersebut pada saat operasi sedang nongkrong di warung yang ada di sekitar terowongan Jalan Marsekal Surya Darma yang berbatasan degan Kampung Melayu. “Kita dapatkan lima orang wanita diduga PSK di bawah terowongan menuju area Perimeter Selatan Bandara Soekarno Hatta. Perempuan tersebut sempat melawan petugas,” ujarnya. Kelima perempuan tersebut berdalih bukan PSK melainkan hanya tengah mampir ke warung untuk menghabiskan malam. “Jadi mereka berdiri di pinggir jalan untuk menarik pelanggan. Saat dapat mereka akan ajak ke warung-warung yang ada di situ,” ujarnya. Kelima perempuan tersebut kemudian dibawa dan diamankan ke Markas Komando Satpol PP Kota Tangerang untuk didata dan disita KTP nya. “Kita data dan sita KTP nya untuk nanti ditebus dengan surat pengantar dari keluarga dan RT/RW tempat mereka tinggal. Itu untuk memberi efek jera agar mereka tidak mengulangi perbuatannya kembali,” tandasnya. mg-01
TANGSEL- Tempat prostitusi berkedok panti pijat marak di Tangerang Selatan (Tangsel). Bahkan ada tempat mesum berdiri di dekat gedung Dewan Perwakilan rakyat Daerah (DPRD) Tangsel, Jalan Viktor Buaran Gardu, Kecamatan Serpong. 6 Jul 2018 Ghufron pun merinci tempat - tempat yang dijadikan lokasi mangkal bagi para PSK ini. Di antaranya
RumahBudaya Nusantara Puspo Budoyo Ciputat Tangerang Selatan Banten Paguyuban Puspo Budoyo yang didirikan pada 6 Agustus 2003 lalu oleh H.Luluk Sumiarso, dengan tujuan pendirian sanggar budaya tersebut tidak lain merupakan wujud rasa cinta Sumiarso sendiri terhadap budaya lokal sekaligus sebagai refleksi keprihatinan terhadap
\n \ntempat mangkal psk di tangerang selatan 2018
PencidukanPSK itu didapat saat operasi Cipta Kondisi Ramadan, yang ditemukan dari empat lokasi yang berbeda. “Jalan Raya Pasar Kemis Jatiuwung, Jalan Baru Vila Regency 2, Jalan Raya Vila Permata Gelam Jaya dan Jalan Raya Kuta Bumi. Enam PSK itu didapat,” kata Kompol Didid Imawan, saat dikonfirmasi Rabu (23/05/2018).
HargaPembuatan Almamater di Pondok Ranji Kota Tangerang Selatan Toko Draz, Keunggulan jas almamater Toko Draz dibandingkan dengan produk lainnya, yaitu memakai bahan berkualitas terbaik (bahan Drill) dimana tidak terasa panas dan sangat nyaman sekali ketika dipakai.Dilapisi puring pundak untuk bagian dalam dan terdapat dua buah saku dibagian depan.
TANGERANGSatpol PP Kota Tangerang menjaring delapan wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) saat menunggu pelanggan di Jalan Asem, Neglasari dan Jalan Merdeka, Cimone, Minggu (23/3) dini hari.Mereka langsung digelandang ke Markas Satpol PP Kota Tangerang di Jalan Daan Mogot, Kota Tangerang. Kepala Satpol PP Kota Tangerang
HKrYuh.
  • s3n69l0xno.pages.dev/545
  • s3n69l0xno.pages.dev/145
  • s3n69l0xno.pages.dev/674
  • s3n69l0xno.pages.dev/218
  • s3n69l0xno.pages.dev/985
  • s3n69l0xno.pages.dev/525
  • s3n69l0xno.pages.dev/497
  • s3n69l0xno.pages.dev/84
  • s3n69l0xno.pages.dev/840
  • s3n69l0xno.pages.dev/30
  • s3n69l0xno.pages.dev/511
  • s3n69l0xno.pages.dev/441
  • s3n69l0xno.pages.dev/562
  • s3n69l0xno.pages.dev/759
  • s3n69l0xno.pages.dev/151
  • tempat mangkal psk di tangerang selatan 2018