FasePerjuangan Bersenjata 1947-1949. 3. Fase Tantangan, 1964-1965. 4. Fase Kebangkitan HMI sebagai pelopor orde baru dan angkatan 1966, tahun 1966-1968. 5. Fase Pembangunan, tahun 1968-1970. Kemudian A. Dahlan menambahkan satu fase setelah tahun 1970 yaitu Fase Pergolakan Pemikiran. Diposting oleh HMI Komisariat FISIP USU di 09.33 1 komentar: al-Bukhari, Imam Muhammad bin Ismail. 2012. Sahih Al-Bukhari. Jakarta Pustaka Sunnah, Terjemahan. al-Habsyi, Muhammad Bagir. 2002. Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Pendapat Para Ulama. Bandung Penerbit Mizan, Terjemahan. Anam. 2013. “Ketegasan Abu Bakar Soal Zakat”. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta, Indonesia 30 Oktober 2015]. Atmoko, Citro. 2014. “Masalah Ketimpangan Masih Jadi Isu Besar”. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta 30 Oktober 2015]. Balitbanginfo [Badan Penelitian, Pengembangan, dan Informasi]. 2014. Data dan Informasi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri. Jakarta Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Barton, Greg. 1999. Gagasan Islam Liberal di Indonesia Pemikiran Neo-Modernisme Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib, dan Abdurrahman Wahid. Jakarta Paramadina dan Pustaka Antara, Terjemahan. Barton, Greg. 2003. Biografi Gus Dur The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid. Yogyakarta Penerbit LKiS, Terjemahan. BEM UI [Badan Eksekutif Mahasiswa]. 2012. Kajian Energi, Bagian 1 BBM. Jakarta Pusat Kajian dan Studi Gerakan BEM UI [Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia]. Budiardjo, Miriam. 1992. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Chaldun, Ibn. 1962. Filsafat Islam tentang Sedjarah Pilihan dari Muqaddimah, Karangan Ibn Chaldun dari Tunis 1332-1406. Djakarta Penerbit Tintamas, Terdjemahan. Depag RI [Departemen Agama Republik Indonesia]. 1982/1983. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta Departemen Agama Republik Indonesia. Effendy, Bahtiar. 2011. Islam dan Negara Transformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia. Jakarta Yayasan Abad Demokrasi, edisi digital. Faz, Ahmad Thoha. 2007. Titik Ba Paradigma Revolusioner dalam Kehidupan dan Pembelajaran. Bandung Penerbit Mizan. Hart, K. 2002. “Jacques Derrida” dalam Peter Beilharz [ed]. Teori-teori Sosial Observasi Kritis terhadap para Filosof Terkemuka. Yogyakarta Pustaka Pelajar, Terjemahan. Hatta, Mohamad. 1979. Pengantar ke Jalan Ilmu dan Pengetahuan. Jakarta Penerbit Mutiara. Hatta, Mohamad. 2005. Indonesia Merdeka Indonesie Vrij. Yogyakarta Aditya Media dan PUSTEP UGM. Hatta, Mohamad. 2012. Ke Arah Indonesia Merdeka. Jakarta Yayasan Hatta. Koran Sindo [suratkabar]. Jakarta, Indonesia 16 September 2015. Latif, Yudi. 2012. Intelegensia Muslim dan Kuasa Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad ke-20. Jakarta Yayasan Abad Demokrasi, edisi digital. Lunandi, 1987. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta Penerbit Gramedia. Madjid, M. Nurcholish. 1992. Islam Doktrin dan Peradaban Sebuah Telaah Kritis Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan. Jakarta Yayasan Wakaf Paramadina. Madjid, M. Nurcholish. 1999. Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta Yayasan Abad Demokrasi, edisi digital. Malik, Kholis. 2002. Konflik Ideologi Kemelut Asas Tunggal di Tubuh HMI. Yogyakarta Insani Press. Mishra, Ramesh. 2000. Globalization and the Welfare State. London McMillan. PB HMI [Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam]. 2013. Hasil-hasil Kongres Himpunan Mahasiswa Islam ke-XVIII. Jakarta Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam. Piliang, Yasraf Amir. 2011a. Bayang-Bayang Tuhan Agama dan Imajinasi. Jakarta Mizan Publika. Piliang, Yasraf Amir. 2011b. Dunia yang Dilipat Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan. Bandung Penerbit Matahari. Rachman, Budhy Munawar. 2011. Ensiklopedi Nurcholish Madjid Jilid 2, H-L. Jakarta Yayasan Abad Demokrasi, edisi digital. Robbins, Stephen P. 2001. Psikologi Organisasi. Jakarta Penerbit Prenhallindo, Terjemahan. Saptaningrum, Indriaswati D. 2011. “Sebuah Jerat Bernama Masa Lalu” dalam AZASI Majalah Analisis Dokumentasi dan Hak Azasi Manusia, Edisi Maret – April. Jakarta Penerbit ELSAM [Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat]. Saripudin, Didin. 2010. Interpretasi Sosiologis dalam Pendidikan. Bandung Karya Putra Darwati. Schroder, Peter. 2010. Strategi Politik. Jakarta Friedrich-Naumann-Stiftung Fuer die Freiheit, Terjemahan. Sen, Amartya. 2007. Kekerasan dan Ilusi tentang Identitas. Tangerang Marjin Kiri, Terjemahan. Shaleh, Hasanuddin M. 1996. HMI dan Rekayasa Asas Tunggal Pancasila. Yogyakarta Kelompok Studi Lingkaran. Shihab, M. Quraish. 2000. Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung Penerbit Mizan. Siroj, Said Aqil. 2006. Tasawuf sebagai Kritik Sosial Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi. Bandung Penerbit Mizan. Sitompul, Agussalim. 1976. Sejarah Perjuangan HMI Tahun 1947-1975. Surabaya Penerbit Bina Ilmu. Sitompul, Agussalim. 1995. Historiografi HMI, 1947-1993. Jakarta Penerbit Intermasa. Sitompul, Agussalim. 2001. “Pemikiran HMI Himpunan Mahasiswa Islam tentang Keislaman – Keindonesiaan, 1947-1997”. Disertasi Tidak Diterbitkan. Yogyakarta Program Pascasarjana IAIN [Institut Agama Islam Negeri] Sunan Kalijaga. Sitompul, Agussalim. 2010. “Refleksi 63 Tahun Perjuangan HMI, Mendiagnosa Lima Zaman Perjalanan HMI Suatu Tinjauan Historis dan Kritis terhadap Fase-fase Perjuangan HMI dalam Menjawab Tantangan Masa Depan”. Makalah dipresentasikan dalam Latihan Kader II Tingkat Nasional HMI [Himpunan Mahasiswa Islam] Cabang Malang, Jawa Timur, pada hari Senin, tanggal 20 Juni. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta, Indonesia 30 Oktober 2015]. Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta RajaGrafindo Persada. Soekarno. 1965. Di Bawah Bendera Revolusi Djilid Kedua. Djakarta Panitia Penerbit Di Bawah Bendera Revolusi. Susanti, Inda et al. 2015. “Jumlah Rakyat Miskin Melonjak”. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta, Indonesia 30 Oktober 2015]. Susanto, Eko Harry. 2014. “Media, Baru, Kebebasan Informasi, dan Demokrasi di Kalangan Generasi Muda”. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta, Indonesia 30 Oktober 2015]. Tanja, Victor. 1982. Himpunan Mahasiswa Islam Sejarah dan Kedudukannya di Tengah Gerakan-gerakan Muslim Pembaharu di Indonesia. Jakarta Penerbit Sinar Harapan. Tarigan, R. 2004. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta Bumi Aksara. WHSA [White House Signal Agency]. 1961. “Inaugural Address, 20 Januari 1961”. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta, Indonesia 30 Oktober 2015]. [diakses di Jakarta, Indonesia 10 Oktober 2014]. Setelahmembaca masa-masa perjuangan HMI pada fase IV-VI, selanjutnya kita bahas perjuangan HMI pada fase VII-IX. Pada fase-fase ini, HMI berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia dalam bentuk langsung maupun dalam bentuk sumbangsih pemikiran. Perjuangan HMI pada fase-fase ini berlangsung dari awal masa Orde Baru (Suharto) hingga masa reformasi bahkan setelahnya. Fase VII: HMI Berpartisipasi Dalam Pembangunan [] 1 PEDOMAN PERKADERAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM MUKADDIMAH Asyahadu alla illa ha illallah Wa Asyhadu anna Muhammadarrasulullah Aku Bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah Sesungguhnya Allah telah mewahyukan Islam sebagai ajaran yang hak dan sempurna untuk mengatur ummat manusia kehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah dimuka bumi. Sebagai khalifah, manusia dituntut mengejawantahkan nilai-nilai illahiyah dibumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadirat-Nya. Menauladani Tuhan dengan bingkai pangabdian kehadirat-Nya melahirkan konsekuensi untuk melakukan pembebasan liberation dari belenggu-belenggu selain Tuhan. Dalam konteks ini seluruh penindasan atas kemanusiaan adalah thagut yang harus dilawan. Inilah yang menjadi subtansi dari persaksian primordial manusia Syahadatain. Dalam melaksanakan tugas kekhalifahannya, manusia harus tampil untuk melakukan perubahan sesuai dengan misi yang diemban oleh para Nabi, yaitu menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Rahmat bagi seluruh alam menurut Islam adalah terbentuknya masyarakat yang menjunjung tinggi semangat persaudaraan universal universal brotherhood, egaliter, demokratis, berkeadilan sosial social justice, dan berkeadaban social civilization, serta istiqomah melakukan perjuangan untuk membebaskan kaum tertindas mustadh'afin. HMI sebagai organisasi kader juga diharapkan mampu menjadi alat perjuangan dalam mentransformsikan gagasan dan aksi terhadap rumusan cita yang ingin dibangun yakni terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang dirindhoi Allah SWT. Dalam Aktivitas keseharian, HMI sebagai organisasi kader platform yang jelas dalam menyusun agenda, perlu mendekatkan diri pada realitas masyarakat dan secara intrens berusaha membangun proses dialektika secara obyektif dalam pencapaian tujuannya. Daya sorot HMI terhadap persoalan, tergambar pada penyikapan kader yang memiliki keperpihakan terhadap kaum tertindas mustadha'afin serta memperjuangkan kepentingan kelompok ini dan membekalinya dengan senjata ideologis yang kuat untuk melawan kaum penindas mustakbirin. Agar dapat mewujudkan cita-cita diatas, maka seyogyanya perkaderan harus diarahkan pada proses rekayasa pembentukan kader yang memiliki karakter, nilai dan kemampuan yang berusaha melakukan transformasi watak dan kepribadian seorang muslim yang utuh khaffah, sikap dan wawasan intelektual yang melahirkan kritisisme, serta orientasi pada kemampuan profesionalisme. Oleh karena itu untuk memberikan nilai tambah yang optimal bagi pengkaderan HMI, maka ada 3 tiga hal yang harus diberi perhatian serius, pertama, rekrutmen calon kader. Dalam hal ini HMI harus menentukan prioritas rekrutmen calon kader dari mahasiswa pilihan, yakni input kader yang memiliki integritas pribadi, bersedia melakukan peningkatan dan pengembangan yang terus menerus serta berkelanjutan, memiliki orientasi prestasi, dan memiliki potensi leadership, serta memiliki kemungkinan untuk aktif dalam organisasi. Kedua, proses perkaderan yang dilakukan sangat ditentukan oleh kualitas pengurus sebagai penanggung jawab perkaderan, pengelola latihan, pedoman perkaderan dan bahan yang dikomunikasikan serta fasilitas yang digunakan. Ketiga, iklim dan suasana yang dibangun harus kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan kualitas kader, yakni iklim yang menghargai prestasi individu, mendorong gairah belajar dan bekerja keras, merangsang dialog dan interaksi individu secara demokratis dan terbuka untuk membangun sikap krirtis yang menumbuhkan sikap dan pandangan futuristik serta menciptakan media untuk merangsang tumbuhnya sensifitas dan kepedulian terhadap lingkungan sosial yang mengalami ketertindasan. Untuk memberikan panduan guidence yang dilaksanakan dalam setiap proses perkaderan HMI, maka dipandang perlu untuk menyusun pedoman perkaderan yang merupakan strategi besar grand strategy perjuangan HMI dalam menjawab tantangan organisasi yang sesuai dengan setting sosial dan budaya yang berlaku dalam konteks zamannya.
Dalamperjalanannya hingga sekarang, HMI mengalami dinamika perjuangan seperti yang diungkapkan oleh Agus Salim Sitompul dalam bukunya Sejarah Perjuangan HMI (1947-1975) dan diperbaharui dalam buku Historiografi HMI (1947-1995), menurutnya ada lima fase perjuangan HMI, yaitu: 1) Fase Perjuangan Fisik (1947-1949) 2) Fase Pertumbuhan dan
Sebelum materi ini dimulai, sapa terlebih dahulu peserta training, tanyakan kabar dan kondisi hari ini, serta kesiapan peserta untuk mengikuti proses training hari ini dan selanjutnya. Agar peserta training lebih segar dan siap mengikuti materi, buat sebuah ice breaker yang dapat menyegarkan kondisi peserta. Ice breaker yang dapat digunakan yakni HMI Setelah kelihatan segar dan mulai semangat, tanya ke peserta aktivitas apa yang akan dilakukan saat ini di forum. Untuk ini arahkan agar peserta mengutarakan keinginannya masing-masing. Setelah peserta mengutarakan 2-3 kegiatan yang berbeda maka eksplorasi dan arahkan agar peserta menyepakati penyampaian materi sebagai aktivitas selanjutnya. Setelah rata-rata menyepakati untuk penyampaian materi, maka tanyakan ke audiens materi apa yang akan dibahas, sekaligus mencari tahu kesiapan peserta mengenai materi dan relevansinya terhadap aktivitas training, dengan pertanyaan ”kenapa harus materi ini?” dan arahkan agar peserta menyepakati untuk masuk ke materi sejarah HMI. Setelah dieksplorasi dan disepakati bersama bahwa materi yang akan disampaikan adalah sejarah HMI Jelaskan bahwa hari ini sebelum kita mengkaji lebih lanjut tentang materi yang lain, kita terlebih dahulu harus mengetahui bahwa kita sekarang sedang mengikuti proses yang ada di HMI jadi agar kita mengetahui lebih dalam mengenai wadah yang kita ikuti ini maka kita haruslah mengetahui wadahnya tersebut, karena itu kita harus membahas tentang sejarah HMI, sebagai upaya mengetahui wadah yang sedang kita ikuti. Untuk memulai penyampaian materi eksplor kembali ke peserta apa itu sejarah, dan mafaat mempelajari sejarah dalam kehidupan. Setelah cukup tereksplor, uraikan bahwa menurut Ruslan Abdul gani, bahwasanya dalam mempelajari sejarah, kita membahasnya dalam tiga dimensi waktu yaitu – Masa lalu – Masa sekarang – Masa yang akan datang Jelaskan juga mengapa membahas sejarah harus melibatkan tiga dimensi waktu tersebut. 9. Setelah mengerti tentang sejarah dan dimensi pembahasannya, eksplorasi juga apa itu HMI?10. Setelah cukup maka, simpulkan bahwa forum ini akan membahas HMI khususnya pergerakannya dalam tiga dimensi waktu masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. 11. Setelah itu bagilah white board menjadi tiga sisi dan membaginya menjadi masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. 12. Setelah itu, masuki pembahasan HMI pada masa lalu, mulai dengan mengeksplor latar belakang berdirinya HMI. Setelah dieksplor jelaskan bahwasanya HMI lahir karena tiga hal besar yang melatarbelakangi berdirinya HMI yaitu Kondisi keumatan bangsa Indonesia Kondisi kebangsaan di Indonesia Kondisi kemahasiswaan di Indonesia 13. Setelah selesai menjelaskan latar belakang beridinya HMI tersebut maka selanjutnya eksplor sosok pendiri HMI dan dinamika pembentukan HMI. Setelah selesaikan jelaskan sosok Lafran Pane sebagai tokoh pendiri HMI dan jelaskan pula dinamika yang dialami Lafran Pane dan kawan-kawan dalam membentuk HMI. 14. Setelah itu uraikan pula kepada peserta fase-fase perjuangan HMI antara lain – Fase proses berdirinya HMI 1946-1947 – Fase berdiri dan pengokohan HMI 1947 – Fase perjuangan bersenjata & perang kemerdekaan dan menghadapi pemberotakan PKI 1947-1949 – Fase pembinaan dan pengembangan HMI 1950-1963 – Fase tantangan I 1964-1965 – Fase kebangkitan HMI sebagai pejuang orde baru dan pelopor angkatan ’66 1966-1968 – Fase partisipasi HMI dalam pembangunan 1969 – Fase pergolakan dan pembaharuan pemikiran HMI 1970-1998 – Fase reformasi 1998-2000 – Fase tantangan II 2000-sekarang 15. Setelah selesai dapat ditabulasi apa saja prestasi yang telah diukir di masa lalu, diantaranya – HMI mempunyai andil dalam pembentukan cendikiawan muslim Indonesia. – HMI memberikan Kontribusi dalam pembinaan generasi muda. – HMI memberikan sumbangsih dalam mempertahankan negara. – HMI memberikan sumbangsih dalam melawan PKI. – HMI turut mempelopori angkatan ’66. 16. Setelah selesai tanyakan ke peserta, apakah ada pertanyaan tentang materi ini. Kalau tidak ada lanjutkan pembahasan HMI pada masa sekarang ini. 17. Sebelum materi ini dilanjutkan, berikan ice breaker kembali kalau peserta terlihat jenuh, ice breaker yang digunakan adalah “tepuk HMI”. 18. Setelah itu dapat dilanjutkan, untuk pembahasan HMI pada masa kini, siapkanlah kertas HVS F4 sebanyak peserta dan bagikan kepada peserta sebanyak 2 lembar . 19. Setelah dibagi, jelaskan pada peserta untuk mengisi kertas tersebut, untuk kertas yang pertama diisi dengan kondisi HMI dari sisi positifnya untuk sekarang ini, dan untuk yang satu lagi diiisi dengan kondisi HMI dari sisi negatifnya tekankan untuk pengisian kertas dapat diisi dari apa yang pernah dialami atau dilihat dan dikomparasikan dengan kondisi HMI pada masa lalu yang telah disampaikan di awal. 20. Kemudian arahkan agar peserta melekatkan kertas tersebut di whiteboard yang telah disediakan. 21. Setelah selesai eksplor setiap kertas yang ada dan disortir kertas yang memiliki kesamaan maksud dan dipilih satu saja dari beberapa kertas yang sama. 22. Jika sudah selesai bandingkan mana kondisi yang sekarang lebih banyak dan lebih mewakili kondisi HMI saat ini. Sisi positif atau negatif. 23. Kalau yang lebih banyak sisi positifnya maka, bandingkan dengan kondisi HMI pada masa lalu apakah perjuangan HMI mengalami kemajuan atau kemunduran? 24. Kalau yang lebih banyak sisi negatifnya maka bandingkan dengan kondisi HMI pada masa lalu , apakah HMI mengalami kemajuan atau kemunduran?. 25. Kalau perjuangan HMI mengalami kemajuan di mana letak kemajuan HMI tersebut ? 26. Kalau mengalami kemunduran dimana letak kemundurannya? 27. Baik maju ataupun mundur tekankan kembali untuk dibandingkan dengan kondisi pada masa lalu, setelah selesai akhiri dengan membuat suatu kesimpulan tentang kondisi HMI pada masa sekarang ini. 28. Setelah selesai maka kini arahkan peserta untuk membahas HMI pada masa yang akan datang, maka untuk pembahasan ini kita saat ini hanya bisa merencanakannya untuk saat nanti. 29. Untuk merencanakannya jelaskan bahwa peserta dapat menganalisanya dengan mengggunakan kekuatan dan kelemahan yang ada pada saat ini, maka kertas yang – kertas yang memuat kondisi HMI pada masa sekarang ini dapat digunakan kembali . 30. Untuk itu gunakanlah salah satu metode dalam pembuatan sebuah pelaksanaan perubahan dalam proses perencanaan, salah satunya ialah dengan Metode FFA Force Field Analysis. Intinya dalam metode ini untuk melakukan perubahan atau peningkatan tentulah harus merubah status Quo yang ada, ada dua caranya yaitu – Meningkatkan kekuatan pendorong yang ada dan – Menurunkan kondisi yang menghambat 31. Setelah selesai maka eksplor dan jelaskan kepada peserta – Siapa yang membuat HMI ini maju atau mundur? – Untuk menentukan nasib HMI pada masa yang akan datang kapan kita dapat menentukannya? 32. Setelah itu jelaskan bahwasanya HMI pada masa yang akan datang akan ditentukan oleh anggota HMI yang pastinya anggota yang ada pada masa kini, bukan pada masa lalu atau masa yang akan datang, jadi tegaskan bahwa saya, anda, dan kita semua yang menentukan HMI ini ke depannya dan ini adalah sebuah amanah tersendiri untuk anggota yang ada pada saat ini. 33. Setelah itu tanamkan pada peserta untuk membuat proyeksi ke depan dengan teknis dapat menuliskannya di buku harian atau di badge nama, untuk proyeksinya peserta dapat mengisi dengan – Apa yang anda inginkan di HMI? – Apa yang akan anda lakukan di HMI hari ini, dan ke depannya untuk memperthankan dan memperbaiki HMI dalam bentuk konkrit? 34. Setelah itu jelaskan bahwa proyeksi tersebut mudah-mudahan mampu menjadi afirmasi positif bagi peserta dalam beraktivitas di HMI dan peserta sendirilah yang dapat mengevaluasinya. 35. Untuk mengakhiri materi ini, berikan QS. Al-Ahzab 33 72, eksplor dan jelaskan bahwa peserta merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan untuk menerima amanah ini yakni memperbaiki HMI dalam mencapai tujuan HMI. 36. Jelaskan juga bahwa ketika menerima amanah ada orang yang menerima amanah dengan menjalankannya, itulah yang dikatakan beriman dan ada yang menolak dan mengingkari amanah terbut itulah mereka yang kafir terhadap amanah, karena itu suruh peserta untuk membuka Al-Anfal 8 55 37. Jelaskan kembali bahwasanya HMI itu adalah alat yang digunakan untuk berjuang, HMI yang hari ini beraktivitas belandaskan qur’an dan sunnah maka landasannya itulah yang harus diterapkan di HMI dan mewarnai HMI, karena itu dengan HMI mari kita majukan Islam dan ciptakan kondisi yang sesuai qur’an dan sunnah. 38. Tutup materi ini dengan sebuah pernyataan ”katakan saya yang ingin memajukan Islam dengan HMI” dan ”katakan saya yang ingin memajukan HMI” 39. Semangati audiens untuk mengatakan saya. 40. Tutup dengan salam dan serahkan forum ke pengelola yang lain.

DimanaHMI ini adalah salah Satu organisasi diluar kampus yang berasaskan islam. HMI adalah organisasi yang berdiri pada 5 Februari 1947 yang dipelopori oleh Lafran Pane. Semenjak berdirinya HMI begitu banyak peranan dan perjuangan yang diberi kan HMI kepada IndonesiaI, sebagai berikut: 1. Partisipasi Politik HMI periode 1947 - 1960.

Sejarah Singkat Berdirinya HMI di Indonesia - Himpunan Mahasiswa Islam merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan yang ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Salah satu tokohnya dan merupakan mahasiswa yang memprakarsai berdirinya HMI, Lafrane Pane, adalah seorang aktivis yang memiliki kualitas SDM yang bisa dibilang baik pada waktu itu serta kesadaran dalam dirinya atas mirisnya keadaan nasional dan mahasiswa islam pada waktu itu. Bagaimana HMI dapat berdiri di Indonesia? Berikut adalah Sejarah Singkat Berdirinya HMI di Singkat Berdirinya HMI di IndonesiaDalam sejarah HMI di Indonesia, ada beberapa aspek yang nanti akan mengantarkan kita dalam sejarah berdiri, berkembang, serta perjuangan HMI. Kita perlu memahaminya satu per satu agar dalam mempelajari suatu sejarah tidak terjadi salah pemahaman. Adapun aspek-aspek tersebut adalah 1 Latar belakang berdirinya HMI, 2 Berdirinya HMI, dan 3 Sejarah Perjuangan HMI terdiri dari fase-fase. Berikut penjelasannyaLatar Belakang Berdirinya HMI1. Situasi InternasionalTentang kemunduran umat islam sudah banyak sekali tulisan ataupun argumen yang sudah menjelaskan, dan itu sangat variatif, mulai dari dibakarnya perpustakaan Bait al Hikmah, serangan tentara Mongol, sampai kemunduran berpikir umat islam pada waktu itu. Dan dari semua argumen, yang paling mendekati kebenaran obyektif dan yang sesungguhnya terjadi adalah kemunduran berpikir umat islam karena terlena dengan masa kejayaannya. Budaya berpikir umat islam tidak lagi maju, alias dari kemandegan dalam berpikir iru, ada beberapa kelompok yang ingin melawan keterbatasan umat islam dalam menjalani keislamannya secara menyeluruh kaffah. Mereka menginginkan islam yang total, islam yang sesuai dengan al Quran dan Hadis. Arti dari silam keseluruhan menurut mereka adalah bahwa islam tidak hanya terbatas pada ritus keagamaan saja, melainkan juga segala kehidupan di dunia ini. Mereka menamakan gerakan yang mereka buat dengan Gerakan Gerakan tersebut juga memantik kelompok yang akhirnya juga mendirikan sebuah wadah, seperti di Negara Turki dan Mesir 1720 & 1807 M. Beberapa pimpinannya adalah Rifaah Badawi Ath Tahtawi 1801 – 1873 M, Muhammad Ibnu Abdul Wahhab pencetus Wahabi di Saudi Arabia 1703 – 1787, Muhammad Abduh 1849 – 1905 M, dan Situasi NKRIMasuknya imperialisme Barat ke Indonesia yang dipimpin oleh Cornelis De Hotman pada tahun 1596. Pada tahun itulah Indonesia mulai dijajah sampai 350 tahun lamanya, atau tiga setengah abad. Imperialisme Barat pada waktu itu membawa tiga 3 hal, yaituPenjajahanMisionaris. Yaitu upaya kristianisasi pribumi Barat atau yang biasa kita sebut dengan Westernisasi yang bercirikan sekulerisme dan liberalisme. 3. Kondisi Mikrobiologis Umat IslamSebelum HMI berdiri, di Indone terbagi empat 4 golongan umat islam yang menjadi latar belakang berdirinya HMI di Indonesia. Adapun empat 4 golongan tersebut adalah sebagai berikuta. Golongan PertamaGolongan pertama ini ialah mereka umat islam yang melaksanakan ajaran islam sekadarnya saja atau bisa disebut kultur islam yang wajib, seperti pernikahan, kematian, dan kelahiran Golongan KeduaGolongan kedua ini ialah para Alim Ulama serta pengikut-pengikutnya yang melaksanakan ajaran islam yang sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhammad Golongan KetigaGolongan ketiga ini ialah para Alim Ulama serta pengikut-pengikutnya yang terjerembab pada mistisisme, yaitu mereka menitiberatkan ajaran islam dalam kehidupan di dunia hanya berfokus pada akhirat Golongan KeempatGolongan yang terakhir ini ialah golongan kecil umat islam yang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, hal ini sesuai dengan prinsip agama islam. Mereka memiliki keinginan dan berupaya agar ajaran islam dapat diimplementasikan di Indonesia sesuai dengan sosio-kultur Kondisi Perguruan Tinggi Serta Dunia KemahasiswaanSebelum HMI berdiri, ada dua 2 faktor yang memberi corak dalam perguruan tinggi serta kemahasiswaan. Adapun dua 2 faktor tersebut adalah sebagai berikuta. Sistem PendidikanAdapun sistem pendidikan pada waktu itu, khususnya di perguruan tinggi dan umumnya pendidikan, memakai sistem barat, yang mana sistem tersebut mengarah kepada tumbuhnya sekularisme mengenyampingkan agama di segala aspek kehidupan dalam diri peserta Organisasi KemahasiswaanAda dua 2 organisasi kemahasiswaan yang berjalan di bawah PKI Partai Komunis Indonesia, yaitu Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta PMY dan Serikat Mahasiswa Indonesia SMI. Bergabung dua 2 faham sekulerisme dan komunisme ini memicu terjadinya “Krisis Keseimbangan” karena melanda perguruan tinggi dan kemahasiswaan. Krisis kesimbangan yang terjadi pada akhirnya akan membuat rancu, karena antara akal dan hati, jasmani dan rohani, dan kebutuhan antara duniawi dan ukhrowi tidak HMI1. Latar Belakang Munculnya PemikiranHMI berdiri merupakan prakarsa dari seorang mahasiswa tingkat I Sekolah Tinggi Islam Sekarang Universitas Islam Indonesia yang bernama Lafran Pane. Secara garis besar, Lafran Pane merupakan anak keenam dari Sultan Pangaribaan Pane. Dia lahir di Sidempuan pada tanggal 5 Februari 1922. Masa mudanya dia pernah mengenyam pendidikan di Pesantren, Ibtidaiyah, Wusta, dan sekolah Muhammadiyah. Latar belakang berdirinya HMI dari pemikirannya adalah “Memandang serta menyadari keadaan hidup mahasiswa muslim yang tidak sepenuhnya paham dan mengamalkan ajaran islam”. Keadaan tersebut timbul karena sistem pendidikan dan situasi masyarakat pada masa itu, sehingga membuat sebuah wadah organisasi menjadi sebuah yang akan didirikan tersebut harus memiliki SDM yang mampu mengikuti alam pemikiran dan pikiran mahasiswa tentang keinginan untuk menuju sebuah pembaharuan atau inovasi dalam segala bidang kehidupan, lebih-lebih dalam aspek keagamaan. Dan tujuan tersebut tidak akan pernah terealisasi jika Indonesia tidak bebas, tidak merdeka, rakyatnya tidak makmur. Oleh karena itu, organisasi ini harus mempertahankan NKRi dan berusaha memakmurkan rakyat Peristiwa 5 Februari 1947Beberapa kali agenda rapat yang diadakan oleh Lafran Pane terjadi kegagalan, sehingga akhirnya dia membuat rapat dadakan yang diadakan ketika jam kuliah Tafsir. Rapat tersebut pada hari Rabu 14 rabiul Awal 1366 H, tepatnya pada 5 Februari 1947 di salah satu ruang kelas di STI, jalan Setiodiningratan sekarang Panembahan Senopati. Akhirnya mahasiswa-mahasiswa lainnya pun masuk ruangan tersebut. Dalam prakatanya, Lafran Pane yang memimpin berkata “Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena segala sesuatu yang diperlukan sudah beres. Yang mau menerima adalah yang akan diajak mendirikan HMI, dan yang menentang biar terus menentang, toh tanpa mereka, organisasi ini bisa berdiri dan berjalan”.Ada 15 tokoh yang ikut andil dalam pendirian HMI, antara laina. Lafran Pane Yogyakartab. Karnoto Zarkasyi Ambarawac. Dahlan Husein Palembangd. Siti Zaenab Palembange. Maisaroh Hilal Singapurof. Soewali Jemberg. Yusdi Ghozali Semarangh. M. Anwar Malangi. Hasan basri Surakartaj. Marwan Bengkuluk. Tayeb Razak Jakartal. Toha Mashudi Malangm. Bidron Hadi Kauman-Yogyakartan. Zulkarnaen Bengkuluo. Mansyur Perjuangan HMIDalam perjuangannya, HMI sebagai organisasi kemahasiswaan yang tidak luput dari gejolak mengalami sembilan 9 fase dalam perkembangannya. Berikut ini adalah fase-fase yang dijalani HMI dalam sejarah perjuangan Fase Konsolidasi November 1946 – 5 Februari 1947Seperti diterangkan di atas, ketika Lafran Pane mendadak mengadakan rapat di salah satu ruang kelas, di situ dan pada waktu itu juga HMI resmi didirikan, tepatnya pada 5 Februari Fase Pengokohan 5 Februari 1947 – 30 November 1947Berjalannya HMI yang masih belia mengadakan aktivitas-aktivitas serta sosialisasi kepada mahasiwa dan masyarakat. Dalam Kongres Mahasiswa seluruh Indonesia yang diadakan di Malang pada 8 Maret 1947, HMI mendelegasikan Lafran Pane dan Asmin Nasution. Kongres ini merupakan kesempatan besar bagi HMI agar dikenal oleh mahasiswa seluruh beberapa bulan setelah Kongres, HMI berdiri di beberapa cabang, yaitu di Solo dan Malang. Di umur HMI yang masih sangat belia, yaitu sembilan 9 bulan, HMI mengadakan Kongres I di Yokyakarta yang bertepatan pada 30 November 1947. Dalam Kongres I HMI tersebut, MS. Mintaredja terpilih menjadi Ketua PB Fase Perjuangan Fisik 30 November – 27 Desember 1949HMI lahir pada situasi yang terbilang tidak baik, yaitu pada saat Indonesia yang walaupun sudah memproklamirkan kemerdekaannya, masih saja terus dijajah. HMI ikut serta dalam mengusir para penjajah, sampai pada 27 Desember 1949 Indonesia mencapai kedaulatan terjadi pengkhianatan oleh PKI di Madiun 18 Spetember 1948, HMI ikut andil dalam penumpasan pemberontakan itu. Sejak Affair Madiun tersebut PKI memiliki dendam terhadap Fase Pembinaan dan Konsolidasi Organisasi 1950 – 1963Merupakan keputusan yang bijak ketika pusat kantor PB HMI dipindah dari Yogyakarta ke Jakarta pada tahun 1951 bulan Juli, dan Lukman E. Hakim ditunjuk menjadi ketua PB HMI menggantikan Mintaredja, dan Sekjen digantikan oleh dalam memimpin HMI, Lukman E. Hakim tidak dapat memimpin secara sempurna, dan akhirnya menyerahkan kepemimpinan kepadaA. Dahlan Ranuwihardja, sehingga dengan terpaksa HMI mengadakan Kongres Luar Biasa darurat. Kongres darurat tersebut akhirnya disahkan sebagai Kongres II HMI di Yogyakarta pada 15 Desember Dahlan Ranuwihardja terpilih menjadi ketua umum PB HMI periode 1951 – 1953 ditemani M. Rajab Lubis sebagai sekretaris umumnya. Pada periode ini HMI fokus kepada pembinaan anggota, yaitu dengan membentuk basis-basis yang terdiri dari komisariat, cabang, badan koordinator badko, dan lembaga-lembaga Fase Tantangan dan Pengkhianatan 1964 – 1965Karena menurut PKI, HMI merupakan musuh, sehingga CGMI organisasi mahasiswa di bawah naungan PKI diberi mandat oleh mereka untuk membubarkan HMI. Puncak dari aksi tuntutan pembubaran HMI terjadi pada bulan September 1965. Jika DN. Aidit Ketua CC PKI pada 13 September 1965 diberi gelar Bintang Mahaputra, pada saat yang sama Generasi Muda Islam Jakarta Raya menunjukkan solidaritasnya untuk bersama membela HMI. Setelah empat hari, HMI dinyatakan jalan terus, artinya tidak dibubarkan, hal itu terjadi atas keputusan komando tertinggi Retoling Aparatur Revolusi atau Kotrar Bung Karno.Pada tanggal 30 September 1965, akhirnya PKI mengambil jalan pintas dengan melakukan tindak kekerasan. Makar yang dilakukan oleh PKI mereka sebut dengan Gerakan 30 September atau G30S. Namun ABRI dan rakyat Indonesia yang anti terhadap PKI akhirnya dapat menggulung G30S/PKI dengan waktu yang relatif Fase Penggerak Angkatan 1966 Pelopor Orde Baru; 1966 – 1968Wakil Ketua PB HMI, Mar’ie Muhammad menyalurkan sebuah inisiatif untuk mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim sekaligus yang memprakarsai berdirinya pada 25 Oktober 1965. Prof. Dr. Syarif, Menteri PTIP mengesahkan organisasi tersebut dengan syarat 1 Mengamankan Pancasila, 2 memperkuat bantuan ABRI dalam penumpasan Gestapu/PKI sampai ke akar-akarnya. Massa aksi KAMI yang pertama diadakan berupa rapat umum yang dilaksanakan pada November 1965, tepat di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba, tanggal 10 Januari 1966 KAMI membentuk sebuah tuntutan yang terbungkus dalam Tritura yang berisi 1 Bubarkan PKI, 2 Retoling kabinet, dan 3 turunkan harga. Setelah KAMI berdiri, terbentuklah Kesatuan Aksi Pemuda pelajar Indonesia KAPPI pada 9 Februari 1966, yang dipimpin oleh M. Thamrin dari PII. Tuntutan kedua KAMI, yaitu retoling kabinet, oleh rezim orde lama dijawab dengan pembentukan kabinet Dwikora. Hal tersebut memicu kemarahan rakyat, sehingga mengundang aksi dan demonstrasi. Demonstrasi berlangsung selama sebelas hari, mulai 1 Maret hingga 11 Maret 1966. Dari terjadinya aksi mahasiswa dan rakyat itulah akhirnya Ir. Soekarno menciptakan Surat Sebelas Maret Supersemar. Keesokan harinya, tepat tanggal 12 Maret 1966 PKI dinyatakan dibubarkan dan dilarang beserta segala sayapnya. Setelah Ir. Soekarno turun dan digantikan oleh Jendral Soeharto dalam memimpin Indonesia, HMI turut mendukung pemerintahan yang Fase Partisipasi HMI dalam Pembangunan dan Modernisasi 1969 – 1970Ada tiga 3 bentuk partisipasi HMI dalam pembangunan Indonesia, yaitu 1 pembentukan suasana, situasi, dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, 2 pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran, dan 3 bentuk pelaksanaan langsung dari pembangunan. Menurut M. Dawam, HMI pada masa orde baru masuk ke birokrasi dan secara tegas mendukung proses modernisasi. Namun menurutnya, HMI masuk ke dalam birokrasi tidak melalui diskusi-diskusi yang bersifat keilmuan intelektualitas, melainkan secara langsung andil dalam pembangunan. Bisa dikatakan kader-kader HMI pada waktu itu merupakan kader-kader yang Fase Pergolakan Pemikiran Sejak tahun 1968, gejala-gejala gejolak pemikiran sudah nampak sebelum akhirnya pada tahun 1970 benar-benar muncul. Para aktivis sejak 1970-an memikirkan bagaimana mereka mendapatkan substansi bukannya bentuk. Adapun tema yang menjadi titik perhatian mereka pada waktu itu adalah 1 Peninjauan kembali landasan teologis atau filosofis politik islam, 2 pendefinisian kembali cita-cita politik islam, 3 peninjauan kembali tentang cara dan cita-cita politik dapat dicapai secara efektif. Seorang aktivis pasti memiliki sisi idealisme dan aktivisme. Dalam prosesnya, idelisme dan aktivisme mereka dapat dibagi dalam tiga 3 aspek 1 pembaharuan teologis, 2 reformasi politik atau birokrasi, dan 3 transformasi Fase Reformasi 1998 – SekarangPada fase ini, rezim orde baru menerapkan beberapa kebijakan yang selaras dengan kepentingan sosial-ekonomi dan politik umat islam. Selama beberapa tahun tidak lagi terjadi aksi, sampai pada tahun 1998 muncul gerakan reformasi. Krisis moneter yang terjadi merupakan salah satu yang memicu mahasiswa kembali turun ke jalan. Pada waktu itu nilai rupiah sangat melemah, semelemahnya rezim orde baru, sampai akhirnya nilai rupiah meningkatkan, Rp. per dolar meningkat menjadi Rp. per dolar. Hal tersebut membuat rezim orde baru kaget dan keadaan tidak dapat dikendalikan. Akhirnya reformasi berhasil dan Jenderal Soeharto turun dari jabatannya sebagai fase-fase yang dialami oleh HMI dari awal berdirinya sampai sekarang. Mungkin itu saja untuk pembahasan tentang Sejarah Singkat Berdirinya HMI di Indonesia. Semoga dapat memberi manfaat kepada rekan-rekan sekalian. Dan jika bagi rekna-rekan bermanfaat, bisa dibagikan ke banyak orang. Terimakasih.
FaseFase Perkembangan HMI dalam Perjuangan Bangsa Indonesia • Fase Konsolidasi Spiritual (1946-1947) • Fase Pengokohan (5 Februari 1947 - 30 November 1947) Selama lebih kurang 9 (sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan yang Berikutsejarah singkat masa perjuangan HMI dari fase X sampai XI. Fase X: Tantangan II, Pasca Reformasi Dari Tahun 2000-sekarang. Fase tantangan kedua ini muncul justru setelah Orde Reformasi berjalan selama dua tahun. Berdasarkan berbagai sikap PB HMI dalam memasuki era reformasi seharusnya mengalami perkembangan yang signifikan dalam menjawab berbagai tantangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berikutperjuangan HMI dari fase IV hingga VI. Fase IV: Pembinaan Serta Pengembangan Organisasi Pada 1950 hingga 1963. HMI sebagai organisasi yang menaungi kader ummat dan bangsa terus berupaya melakukan perlawanan terhadap penjajah. Pada masa-masa Agresi Militer Belanda, HMI fokus pada perlawanan, sehingga persoalan keorganisasian kurang terurus. Hal yang demikian itu berlangsung secara sadar, karena perjuangan melawan penjajah harus menjadi yang utama.
HimpunanMahasiswa Islam. 6.1 Pendiri dan Latar Belakang Berdirinya HMI. 6.2 Peran HMI ditengah-tengah pertarungan ideologi. 6.3 Komitmen ke-Islaman dan Kebangsaan sebagai Dasar Perjuangan HMI. 6.4 Dinamika Sejarah Perjuangan HMI Dalam Sejarah Perjuangan Bangsa (Fase-Fase Perjuangan HMI) 6.5 Kontribusi HMI bagi Agama dan Bangsa Indonesia di
Suaradari Dua Kota: Revolusi Kritis terhadap Fase-fase Perjuangan HMI dalam Indonesia dalam Pandangan Suratkabar Merdeka di Menjawab Tantangan Masa Depan". Makalah Jakarta dan Kedaulatan Rakjat di Yogyakarta, 1945- dipresentasikan dalam Latihan Kader II Tingkat 1947. Jakarta: PN Balai Pustaka. Nasional HMI [Himpunan Mahasiswa Islam] Suwirta vW6np.
  • s3n69l0xno.pages.dev/201
  • s3n69l0xno.pages.dev/543
  • s3n69l0xno.pages.dev/992
  • s3n69l0xno.pages.dev/583
  • s3n69l0xno.pages.dev/853
  • s3n69l0xno.pages.dev/769
  • s3n69l0xno.pages.dev/572
  • s3n69l0xno.pages.dev/436
  • s3n69l0xno.pages.dev/300
  • s3n69l0xno.pages.dev/424
  • s3n69l0xno.pages.dev/738
  • s3n69l0xno.pages.dev/547
  • s3n69l0xno.pages.dev/428
  • s3n69l0xno.pages.dev/167
  • s3n69l0xno.pages.dev/908
  • fase fase perjuangan hmi